Berita

Sebuah Perayaan: Hari Kartini dan Hari Bumi

Senin (22/4) ada sebuah pemandangan yang tidak biasa. Mulai dari Kepala Sekolah beserta jajarannya, Bapak/Ibu Guru dan karyawan SMA Muhipo berbenampilan berbeda dengan mengenakan kostum gagrag Ponoragan dan busana lurik Jawa lengkap dengan blangkonnya. Yang istimewa adalah para Ibu tampil dengan anggung dan miyayeni dengan ageman kebaya. Hal tersebut sesuai dengan instruksi dari Bupati Ponorogo dalam rangka memperingati hari Kartini. Dimulai dengan upacara Bendera Merah Putih yang dilaksanakan dengan penuh khidmat. Bapak Sugeng Riadi, sekalu Kepala SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo memberikan amanat tentang bagaimana perjuangan RA Kartini dengan segala gagasannya berupaya memperjuangkan kesetaraan gender perempuan Indonesia. Selain itu, Bu Dian Aksanti menyampaikan orasi tentang memaknai perjuangan Hari Kartini. Menurut Beliau, peringatan Hari Kartini tidak sebatas mengenakan kebaya  Jawa saja tetapi  lebih bagaimana kita bisa melestarikan dan mengimplementasikan pemikiran, karakter, serta semangat yang telah diperjuangkan RA  Kartini untuk bisa menjadi perempuan yang setara dan bervalue tinggi. Peringatan Hari Kartini ditutup dengan sebuah persembahan drama teaterikal dari tim ekstrakulikuler Teater Topeng SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo. Drama yang disajikan berisi tentang perjuangan RA Kartini yang  dikemas kekinian tanpa mengubah nilai luhur di dalamnya.

Peringatan Hari Bumi yang bertepatan tanggal juga digelar tak kalah meriah di SMA Muhipo. Tim Ekstrakulikuler memuat miniatur bumi dengan memanfaatkan limbah kertas yaitu koran. Dengan penuh kreatifitas, miniatur yang berdiameter lebih dari satu meter ini disusun dengan kerangka kayu yang dirangkai dengan benang nilon lalu dilapisi dengan kertas koran yang sudah tidak terpakai. Untuk finishing, miniatur dipoles dengan warna biru dan hijau membentuk pola pulau-pulau layaknya permukaan bumi. Miniatur lalu digiring dan diiringi pembacaan orasi terkait isu import sampah dari negara lain salah satunya Australia. Impor sampah ini kemudian dimanfaatkan sebagai bahan campuran pembuatan kertas, tetapi jika dianggap tidak layak maka akan dikembalikan kembali ke negara asal. Avelyta sebagai pembaca orasi menuturkan, “Melalui diadakannya peringatan Hari Bumi ini menjadi  pengingat  bahwa kita semua harus menjaga bumi sebagai tempat tinggal dengan meminimalisir sampah terutama yang bisa merusak bumi seperti plastik”. Sampah tersebut termasuk sampah non organik yang susah untuk diurai.

Dengan adanya peringatan Hari Kartini  dan Hari Bumi, harapannya menjadi pengingat bagi seluruh warga SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo terutama generasi muda untuk terus belajar, berproses, dan bertumbuh menjadi generasi Islami yang berkompeten dan berdaya saing. Semua warga hendaknya mampu meneladani gagasan, semangat berjuang, dan nilai-nilai yang diajarkan oleh RA  Kartini serta terus menjaga bumi tempat tinggal kita. (Istanti)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *